BAB
I
A. Pembangunan
dan Perkembangan Masyarakat
Rencana pembangunan
lima tahunan berjalan dari waktu ke waktu. Menjelang masa pembangunan jangka
panjang kedua untuk memasuki era tinggal landas. Proses pembangunan yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa sekarang dianggap sebagai bangsa maju (seperti
Amerikat Serikat dan bangsa-bangsa Eropa Barat). Dalam tatanan dunia, keadaan
Negara maju membawa keuntungan sendiri bagi mereka, yaitu mereka menjadi
penentu (dalam banyak hal) bagi perkembangan dunia secara menyeluruh.
Dunia memang terus
berkembang, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat di tandai dengan
perkembangan masyarakat dari zaman pertanian (berlangsung sampai abad ke-18),
melalui zaman industrialisasi (abad ke 19-20), sebentar lagi memasuki zaman
reformasi (mulai abad ke-21), zaman informasi telah melanda seluruh dunia
sehingga masyarakat dunia seakan-akan “menjadi satu” dan terciptalah era
globalisasi. Globalisasi dan informasi ibarat dua sisi dari satu mata uang.
Perkembangan yang semakin deras arus informasi melalui media massa merupakan
senjata yang paling ampuh bagi berlangsungnya proses globalisasi, sedangkan
semangat globalisasi itu sendiri membuka pintu dan saluran yang seluas-luasnya
bagi masuknya informasi keseluruh penjuru dan pelosok dunia. Salah satu dampak
nyata modernisasi dalam era globalisasi adalah peningkatan kebutuhan dan
keinginan masyarakat, baik dalam jenis maupun dalam ke-adrengan-nya
(intensitasnya).
B. Manusia
: Makhluk Paling Indah dan Berderajat Paling Tinggi
Manusia
adalah makhluk Ciptaan Tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya.
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin bumi diseluruh semesta
ciptaan Tuhan. Predikat “paling tinggi” mengisyaratkan bahwa tidak ada makhluk
lain yang dapat mengatasi dan mengalahkan manusia. Manusialah yang justru di
beri kemungkinan untuk mengatasi makhluk-makhluk
lain sesuai dengan hakikat penciptaan manusia itu.
C. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Orang
yang satu dengan orang lain terdapat berbagai perbedaan yang sangat besar. Seperti sama-sama memerlukan
makanan dan minuman serta udara segar, sama-sama menghendaki kesenangan dan
kebahagiaan, sama-sama dapat menderita dan mengalami kesembuhan, dll. Semua
orang memerlukan orang lain. Kehidupan manusia tidak bersifat acak tetapi
mengikuti aturan tertentu. Sudut tinjauan
agama, kehidupan tidak semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga
menjangkau kehidupan di akhirat.
D. Manusia Seutuhnya
Manusia
seutuhnya itu adalah mereka yang yang mampu menciptakan dan memperoleh
kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat
pengembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya ( dimensia
keindividualan ), seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan dengan
lingkungan sosialnya ( dimensi kesosialan , sesuai dengan aturan dan ketentuan
yang berlaku ( dimensi kesusilaan ), dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan
pertanggungjawaban atas segenap aspek kehidupannya didunia terhadap kehidupan
diakhirat kelak kemudian hari ( dimensi keagamaan ).
E.
Perlunya Bimbingan dan Konseling
Dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang
dialami oleh anak-anak, para remaja, dan pemuda yang menyangkut keempat dimensi
kemanusiaan mereka. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah seringkali
tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini
terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahn siswa banyak yang
terletak di luar sekolah. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan
konseling disamping kegiatan pengajaran.
BAB II
A. Tinjauan Awal Tentang Kasus
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia dapat dibaca bahwa kasus berarti soal atau perkara
atau keadaan sebenarnya suatu urusan atau perkara. Orang
yang mengalami permasalahan tertentu tidak boleh dianggap sebagai tidak normal,
sebaliknya mereka adalah orang-orang secara
jasmaniah dan rohaniah sehat. Orang sakit karena kurang tidur perlu
berobat ke dokter, sedangkan kekhawatirannya menghadapi ujian ditangani oleh
ahli bimbingan konseling.
B. Pemahaman Terhadap Kasus
Dalam
menghadapi suatu kasus yang dialami oleh seseorang, ada 3 hal utama yang perlu
diselenggarakan, yaitu penyikapan, pemahaman, dan penanganan terhadap kasus
tersebut.Pada diri konselor ( yaitu orang yang berkehendak dan amat
berkepentingan dengan pemahaman yang mendalam tentang kasus yang dialaminya )
pertama-tama perlu dikembangkan konsep atau ide-ide yang cukup kaya tentang
berbagai kasus.
Kemungkinan Rincian Sebab
dan Akibat Permasalahan yang Terkandung di dalam Setiap Kasus :
1.
Prestasi belajar rendah :
di bawah rata-rata : merosot
2.
Kurang berminat pada
bidang studi tertentu (kasus I)
3.
Bentrok dengan guru (kasus
I)
4.
Melanggar tata tertib
(kasus I)
5.
Membolos (kasus I)
6.
Terlambat masuk sekolah
(kasus I dan IV)
7.
Pendiam (kasus II)
8.
Kesulitan alat pelajaran
(kasus III)
9.
Bertengkar / berkelahi
(kasus III, IV)
10.
Sukar menyesuaikan diri
(kasus III)
11.
Pemalu, takut, canggung,
kaku, gugup (kasus III, IV)
12.
Dimanjakan (kasus III, IV,
dan VII)
13.
Diperlukan seperti anak
kecil (kasus III)
14.
Menyendiri, kurang bergaul
( kasus IV)
15.
Berlaku kasar
16.
Tidak senonoh (kasus V)
17.
Kurus dan pucat (kasus VI)
18.
Diperlukan sangat keras
(kasus VI)
19.
Tidak bebas (kasus VI)
20.
Menyimpan ganja (kasus VI)
21.
Minggat (kasus VI)
22.
Mabuk-mabukan (kasus VI)
23.
Nakal (kasus VI)
24.
Kurang perhatian terhadap
kehidupan beragama (kasus VII)
25.
Tidak enak kepada orang
tua (kasus VIII)
26.
Tidak lagi melakukan
shalat (kasus VIII)
C. Penanganan Kasus
1.
Pengenalan awal tentang kasus.
2.
Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung
didalam kasus itu.
3.
Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk-beluk kasus
tersebut dan akhirnya.
4.
Mengusahakan upacara-upacara kasus untuk mengatasi atau
memecahkan sumber pokok permasalahan itu
D.
Penyikapan Terhadap Kasus
Penyikapan
pada umumnya mengandung unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek
yang disikapinya
BAB III
A.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu
dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut
mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan
konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
B.
Istilah Penyuluhan dan Konseling
Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti “konseling” dan
penyuluhan dalam arti “pembinaan masyarakat”. Penyuluhan
diberikan kepada semua orang agar mereka mengerti, faham, dan waspada akan
suatu hal, sedangkan bimbingan konseling ditujukan pada masing-masing individu agar
mereka mendapat pengarahan yang lebih rinci sesuai dengan apa yang dihadapi
masing-masing.
C.
Perkembangan Kosepsi
Bimbingan Dan Konseling
Pada awal perkembangan gerakan bimbingan yang
diprakarsai oleh Frank Parson, pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan
jabatan, yang umumnya disebut sebagai periode Parsonian. Pada periode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan
pada bimbingan pendidikan. Periode ketiga, pelayanan untuk penyesuaian diri
mendapat perhatian umum. Periode keempat gerakan bimbingan menekankan
pentingnya proses perkembangan individu. Periode kelima, tampak adanya dua arah
yang berbeda, yaitu kecenderungan yang ingin kembali ke periode pertama dan
kecenderungan yang lebih menekankan pada rekonstruksi sosial (dan personal)
dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu.
D.
Tujuan Bimbingan dan
Konseling
·
...untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian
dan interprestasi-interprestasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi
tertentu. (Hamrin & Clifford, dalam Jones,
1951)
·
...untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan (Bradshow, dalam McDaniel, 1956)
·
...untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak
hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja. (Tiedeman, dalam Bernard & fullmer, 1969)
E.
Asas-Asas Bimbingan dan
Konseling
Asas Kerahasiaan, Asas Kesukarelaan, Asas Keterbukaan, Asas
Kekinian, Asas Kemandirian, Asas Kegiatan, Asas Kedinamisan, Asas Keterpaduan, Asas
Kenormatifan, Asas Keahlian Asas Alih Tangan, Asas Tutwuri Handayani
F.
Kesalahpahaman dalam
Bimbingan dan Konseling
1.
Bimbingan dan Konseling Disamakan Saja dengan atau Dipisahkan
Sama Sekali dari Pendidikan
2.
Konselor di Sekolah
Dianggap sebagai Polisi Sekolah
3.
Bimbingan dan Konseling Dianggap Semata-Mata Sebagai Proses
Pemberian Nasihat
4.
Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah
yang Bersifat Insidental
5.
Bimbingan dan Konseling Dibatasi hanya untuk Klien-Klien
Tertentu Saja
6.
Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang
Normal”
7.
Bimbingan dan Konseling Bekerja Sendiri
8.
Konselor Harus Aktif, Sedangkan Pihak lain Pasif
9.
Menganggap Pekerjaan Bimbingan dan Konseling Dapat Dilakukan oleh
Siapa Saja
10.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama
Saja
11.
Menyamakan Pekerjaan Bimbingan an Konseling dengan Pekerjaan
Dokter atau Psikiater
12.
Menganggap Hasil Pekerjaan
Bimbingan dan Konseling Harus Segera Dilihat
13.
Menyamarkan Cara Pemecahan
Masalah bagi Semua Klien
14.
Memusatkan Usaha Bimbingan
dan Konseling Hanya pada Penggunaan Instrumentasi Bimbingan dan Konseling
(Misalnya Tes, Inventori, Angket, dan Alat Pengungkap Lainnya)
15.
Bimbingan dan konseling
Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah-Masalah yang Ringan Saja
BAB
IV
A.
Landasan Filosofis
Kata filosofis atau
filsafat berasal dari bahasa Yunani. Philos yang berarti cinta dan shopos yang
berarti bijaksana. Webster New Universal memberikan pengertian
bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses
berpikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum
dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan
kenyataan, termasuk kedalamnya studi tentang estetika, etika, logika,
metafisika, dan lain sebagainya.
1.
Hakikat Manusia
2.
Tujuan dan Tugas Kehidupan
Adler
( 1954 ) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis adalah “
menjamin “ terus berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusiaan diatas bumi,
dan memungkinkan terselesaikannya dengan aman perkembangan manusia.
Tugas kehidupan 1 :
Spiritualitas
Tugas kehidupan 2 :
Pengaturan Diri
Tugas kehidupan 3 :
Bekerja
Tugas kehidupan 4 :
Persahabatan
Tugas kehidupan 5 :
Cinta
B.
Landasan Religius
Bagi
layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal pokok, yaitu :
a)
Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk
Tuhan
b)
Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia
berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
c)
Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi )
serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk
membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
C.
Landasan Psikologis
1.
Motif dan Motivasi
2.
Pembawaan dan Lingkungan
3.
Perkembangan Individu
4.
Belajar, Balikan, dan
Penguatan
5.
Kepribadian
D.
Landasan Sosial Budaya
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang
diri. Dimanapun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari
sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun
keturunan.
E.
Landasan Ilmiah dan Teknologi
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut
teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan pelayanan itu
secara berkelanjutan. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang
multi-referensial menerima sumbangan yang besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang
teknologi.
F.
Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan
bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar
bimbingan ( dan konseling ) merupakan salah satu bentuk pendidikan.
Demikianlah, proses bimbingan dan konseling adalah proses pendidikan yang
menekankan pada kegiatan belajar dan sifat normative.