Selasa, 07 Oktober 2014

Siti Muslimah

BAB I
A.      Pembangunan dan Perkembangan Masyarakat

Rencana pembangunan lima tahunan berjalan dari waktu ke waktu. Menjelang masa pembangunan jangka panjang kedua untuk memasuki era tinggal landas. Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa sekarang dianggap sebagai bangsa maju (seperti Amerikat Serikat dan bangsa-bangsa Eropa Barat). Dalam tatanan dunia, keadaan Negara maju membawa keuntungan sendiri bagi mereka, yaitu mereka menjadi penentu (dalam banyak hal) bagi perkembangan dunia secara menyeluruh.
Dunia memang terus berkembang, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat di tandai dengan perkembangan masyarakat dari zaman pertanian (berlangsung sampai abad ke-18), melalui zaman industrialisasi (abad ke 19-20), sebentar lagi memasuki zaman reformasi (mulai abad ke-21), zaman informasi telah melanda seluruh dunia sehingga masyarakat dunia seakan-akan “menjadi satu” dan terciptalah era globalisasi. Globalisasi dan informasi ibarat dua sisi dari satu mata uang. Perkembangan yang semakin deras arus informasi melalui media massa merupakan senjata yang paling ampuh bagi berlangsungnya proses globalisasi, sedangkan semangat globalisasi itu sendiri membuka pintu dan saluran yang seluas-luasnya bagi masuknya informasi keseluruh penjuru dan pelosok dunia. Salah satu dampak nyata modernisasi dalam era globalisasi adalah peningkatan kebutuhan dan keinginan masyarakat, baik dalam jenis maupun dalam ke-adrengan-nya (intensitasnya).

B.      Manusia : Makhluk Paling Indah dan Berderajat Paling Tinggi

Manusia adalah makhluk Ciptaan Tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin bumi diseluruh semesta ciptaan Tuhan. Predikat “paling tinggi” mengisyaratkan bahwa tidak ada makhluk lain yang dapat mengatasi dan mengalahkan manusia. Manusialah yang justru di beri kemungkinan untuk mengatasi  makhluk-makhluk lain sesuai dengan hakikat penciptaan manusia itu.

C.      Dimensi-Dimensi Kemanusiaan

Orang yang satu dengan orang lain terdapat berbagai perbedaan yang  sangat besar. Seperti sama-sama memerlukan makanan dan minuman serta udara segar, sama-sama menghendaki kesenangan dan kebahagiaan, sama-sama dapat menderita dan mengalami kesembuhan, dll. Semua orang memerlukan orang lain. Kehidupan manusia tidak bersifat acak tetapi mengikuti aturan  tertentu. Sudut tinjauan agama, kehidupan tidak semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga menjangkau kehidupan di akhirat.

D.      Manusia Seutuhnya

Manusia seutuhnya itu adalah mereka yang yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat pengembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya ( dimensia keindividualan ), seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan dengan lingkungan sosialnya ( dimensi kesosialan , sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku ( dimensi kesusilaan ), dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan pertanggungjawaban atas segenap aspek kehidupannya didunia terhadap kehidupan diakhirat kelak kemudian hari ( dimensi keagamaan ).
E.       Perlunya Bimbingan dan Konseling
Dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, para remaja, dan pemuda yang menyangkut keempat dimensi kemanusiaan mereka. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahn siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran.
BAB II
A.      Tinjauan  Awal Tentang Kasus
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dapat dibaca bahwa kasus berarti soal atau perkara atau keadaan sebenarnya suatu urusan atau perkara. Orang yang mengalami permasalahan tertentu tidak boleh dianggap sebagai tidak normal, sebaliknya mereka adalah orang-orang secara  jasmaniah dan rohaniah sehat. Orang sakit karena kurang tidur perlu berobat ke dokter, sedangkan kekhawatirannya menghadapi ujian ditangani oleh ahli bimbingan konseling.

B.      Pemahaman Terhadap Kasus
Dalam menghadapi suatu kasus yang dialami oleh seseorang, ada 3 hal utama yang perlu diselenggarakan, yaitu penyikapan, pemahaman, dan penanganan terhadap kasus tersebut.Pada diri konselor ( yaitu orang yang berkehendak dan amat berkepentingan dengan pemahaman yang mendalam tentang kasus yang dialaminya ) pertama-tama perlu dikembangkan konsep atau ide-ide yang cukup kaya tentang berbagai kasus.
Kemungkinan Rincian Sebab dan Akibat Permasalahan yang Terkandung di dalam Setiap Kasus :
1.       Prestasi belajar rendah : di bawah rata-rata : merosot
2.       Kurang berminat pada bidang studi tertentu (kasus I)
3.       Bentrok dengan guru (kasus I)
4.       Melanggar tata tertib (kasus I)
5.       Membolos (kasus I)
6.       Terlambat masuk sekolah (kasus I dan IV)
7.       Pendiam  (kasus II)
8.       Kesulitan alat pelajaran (kasus III)
9.       Bertengkar / berkelahi (kasus III, IV)
10.    Sukar menyesuaikan diri (kasus III)
11.    Pemalu, takut, canggung, kaku, gugup (kasus III, IV)
12.    Dimanjakan (kasus III, IV, dan VII)
13.    Diperlukan seperti anak kecil (kasus III)
14.    Menyendiri, kurang bergaul ( kasus IV)
15.    Berlaku kasar
16.    Tidak senonoh (kasus V)
17.    Kurus dan pucat (kasus VI)
18.    Diperlukan sangat keras (kasus VI)
19.    Tidak bebas (kasus VI)
20.    Menyimpan ganja (kasus VI)
21.    Minggat (kasus VI)
22.    Mabuk-mabukan (kasus VI)
23.    Nakal (kasus VI)
24.    Kurang perhatian terhadap kehidupan beragama (kasus VII)
25.    Tidak enak kepada orang tua (kasus  VIII)
26.    Tidak lagi melakukan shalat (kasus VIII)

C.      Penanganan Kasus
1.    Pengenalan awal tentang kasus.
2.    Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung didalam kasus itu.
3.    Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk-beluk kasus tersebut dan akhirnya.
4.    Mengusahakan upacara-upacara kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan itu

D.      Penyikapan Terhadap Kasus
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek yang disikapinya
BAB III
A.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
B.      Istilah Penyuluhan dan Konseling
Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti “konseling” dan penyuluhan dalam arti “pembinaan masyarakat”. Penyuluhan diberikan kepada semua orang agar mereka mengerti, faham, dan waspada akan suatu hal, sedangkan bimbingan konseling ditujukan pada masing-masing individu agar mereka mendapat pengarahan yang lebih rinci sesuai dengan apa yang dihadapi masing-masing.
C.      Perkembangan Kosepsi Bimbingan Dan Konseling
Pada awal perkembangan gerakan bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson, pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan jabatan, yang umumnya disebut sebagai periode Parsonian. Pada periode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Periode ketiga, pelayanan untuk penyesuaian diri mendapat perhatian umum. Periode keempat gerakan bimbingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu. Periode kelima, tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu kecenderungan yang ingin kembali ke periode pertama dan kecenderungan yang lebih menekankan pada rekonstruksi sosial (dan personal) dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu.
D.      Tujuan Bimbingan dan Konseling
·         ...untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interprestasi-interprestasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. (Hamrin & Clifford, dalam Jones, 1951)
·         ...untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan (Bradshow, dalam McDaniel, 1956)
·         ...untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja. (Tiedeman, dalam Bernard & fullmer, 1969)
E.       Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Asas Kerahasiaan, Asas Kesukarelaan, Asas Keterbukaan, Asas Kekinian, Asas Kemandirian, Asas Kegiatan, Asas Kedinamisan, Asas Keterpaduan, Asas Kenormatifan, Asas Keahlian Asas Alih Tangan, Asas Tutwuri Handayani
F.       Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling
1.        Bimbingan dan Konseling Disamakan Saja dengan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan
2.        Konselor di Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah
3.        Bimbingan dan Konseling Dianggap Semata-Mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat
4.        Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah yang Bersifat Insidental
5.        Bimbingan dan Konseling Dibatasi hanya untuk Klien-Klien Tertentu Saja
6.        Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang Normal”
7.        Bimbingan dan Konseling Bekerja Sendiri
8.        Konselor Harus Aktif, Sedangkan Pihak lain Pasif
9.        Menganggap Pekerjaan Bimbingan dan Konseling Dapat Dilakukan oleh Siapa Saja
10.     Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama Saja
11.     Menyamakan Pekerjaan Bimbingan an Konseling dengan Pekerjaan Dokter atau Psikiater
12.     Menganggap Hasil Pekerjaan Bimbingan dan Konseling Harus Segera Dilihat
13.     Menyamarkan Cara Pemecahan Masalah bagi Semua Klien
14.     Memusatkan Usaha Bimbingan dan Konseling Hanya pada Penggunaan Instrumentasi Bimbingan dan Konseling (Misalnya Tes, Inventori, Angket, dan Alat Pengungkap Lainnya)
15.     Bimbingan dan konseling Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah-Masalah yang Ringan Saja
BAB IV
A.      Landasan Filosofis
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani. Philos yang berarti cinta dan shopos yang berarti bijaksana.  Webster  New Universal memberikan pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses berpikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum dasar  yang mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk kedalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika, dan lain sebagainya.
1.       Hakikat Manusia
2.       Tujuan dan Tugas Kehidupan
Adler ( 1954 ) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis adalah “ menjamin “ terus berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusiaan diatas bumi, dan memungkinkan terselesaikannya dengan aman perkembangan manusia.
Tugas kehidupan 1 : Spiritualitas
Tugas kehidupan 2 : Pengaturan Diri
Tugas kehidupan 3 : Bekerja
Tugas kehidupan 4 : Persahabatan
Tugas kehidupan 5 : Cinta
B.      Landasan Religius
Bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal pokok, yaitu :
a)       Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan
b)       Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
c)       Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi ) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
C.      Landasan Psikologis
1.       Motif dan Motivasi
2.       Pembawaan dan Lingkungan
3.       Perkembangan Individu
4.       Belajar, Balikan, dan Penguatan
5.       Kepribadian
D.      Landasan Sosial Budaya
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri. Dimanapun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan.
E.       Landasan Ilmiah dan Teknologi
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan pelayanan itu secara berkelanjutan. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multi-referensial menerima sumbangan yang besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi.
F.       Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan ( dan konseling ) merupakan salah satu bentuk pendidikan. Demikianlah, proses bimbingan dan konseling adalah proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan belajar dan sifat normative.